Di saat aku mulai sadar cintaku semakin besar kepadanya maka semakin besar kesadaran bahwa hidupku tidak abadi. Di mata Tuhan, kami bukanlah pasangan yang akan terlihat beda kelamin. Mungkin saat kami mencoba menyatukan jiwa kami padaNya, kami hanya zat energi yang tidak sadar bahwa dulu saat di dunia kami pernah memadu kasih.
Saat aku sadar bahwa badan ini semakin menua maka, aku semakin sadar bahwa kelak kecantikannya akan hilang dari pencitraan retinaku. Di saat itu, aku hanya akan sadar bahwa ia hanyalah seorang wanita tua yang akan segera meningalkan dunia. Akan tetapi, jiwa pikiranku mulai mencapai kematangannya, aku akan sadar bahwa yang tersisa dari segala kecantikannya ialah jejak kehidupannya di dunia. Segala pengalaman yang pernah ku alami dengan, itulah yang akan abadi. Aku pun mulai memomenkan segala hal tentang dirinya.
Saat aku sadar bahwa kami bukan lagi pasangan remaja, kami sadar bahwa suatu saat kami sudah tidak akan bisa romantis dengan cara mainstream lagi. Kami sadar bahwa saat itu adalah saat kami membangun kehidupan kami. Jauh di luar kehiduan yang telah dibentuk oleh orang tua kami. Saat itu tentu akan sadar bahwa segala hal yang kami tentang dari orang tua adalah lelucon untuk kami tertawakan saat itu.
0 comments :
Post a Comment