Semoga pikiran yang baik selalu datang dari segala Penjuru
"apapun itu yang anda lakukan saat Nyepi, bukan apa ritual yang anda telah lakukan tapi apa yang telah anda maknai saat proses Nyepi tersebut"I Wayan Bayu Diatmika
"Saat itu juga saya mulai memikirkan bahwa betapa jauhnya para Buta Kala diusir oleh kegembiraan kami ini"I Wayan Bayu Diatmika
Selamat Hari Raya Nyepi sebelumnya saya ucapkan buat seluruh Umat Manusia, Selamat Tahun Baru Caka 1935, semoga bisa menjadi lebih baik lagi di tahun ini dan berikutnya. Saya harap di tahun ini, kita sebagai manusia bisa lebih bersahabat lagi dengan alam (baik itu lingkungan, hewan, tumbuhan, bintang, tanah, bumi, dan apapun itu), tidak ada lagi kesenjangan sosial, tidak ada lagi saling melecehkan dan menghina, dan tentunya tidak ada lagi penilaian buruk tentang mahkluk lainnya! Oh man, kita ini semua ciptaan Tuhan tidak ada yg buruk, semuanya ciptaan Beliau, yang berani merendahkan mahkluk sebenarnya adalah menghina Tuhan.
Hahaha, bertemu lagi dengan saya dalam tulisan baru ini. Agak sedikit terlambat memang, namun lebih baik ada daripada tidak sama sekali. Kita semua tau Hari Raya Nyepi tentunya. Ya itu, yang warnanya merah di kalender anda, pas tanggal 12 Maret 2013 kemarin itu! itu namanya Hari Nyepi. So, apa itu Nyepi? Nyepi merupakan sebuah hari dimana kita (manusia) mencoba untuk sepi :D
Nyepi sebenarnya sudah ada sejak sangat lama, jauh lama di sana sebelum anda lahir, Nyepi sudah ada. Namun karena mayoritas dari kita sudah mulai meninggalkan tradisi-tradisi leluhur nusantara, Tradisi Nyepi akhirnya hanya diteruskan oleh Umat Hindhu yang tersisa sekarang ini. Mayoritas di Bali, hanya di Bali, Nyepi bisa dilaksanakan sepenuhnya. Jadi, Nyepi merupakan suatu hari raya dimana kita duduk tenang, tidak bekerja, tidak bersenang-senang, tidak keluar rumah, dan memusatkan pikiran sepenuhnya pada Hyang Maha Tunggal, Tuhan Yang Maha Esa.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Caka berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sunyi dan Senyap, itulah yang ingin diwujudkan dalam perayaan Nyepi. Dunia kembali dalam tatanan sebenarnya, kembali mengatur dirinya untuk menghadapi tahun baru. Itulah makna dari perayaan Nyepi.
Jika kita lihat lagi dengan bahasa sederhana, Nyepi merupakan perayaan untuk memberikan kesempatan kepada alam semesta yang selama ini gunakan untuk hidup dan bekerja agar dapat beristirahat dan fit lagi di tahun berikutnya. Coba kita lihat di Bali (kenapa Bali, karena hanya di sini saya bisa berikan contoh pelaksanaan Nyepi secara penuh). Hanya Bali yang dapat menutup jalur penerbangan Internasional selama sehari. Hanya Bali yang dapat mengosongkan jalan raya dari kendaraan bermotor dan asap polusi. Hanya Bali yang dapat mengosongkan jalan dari kerumunan Manusia. Hanya Bali yang dapat membuat suasana Malam hari menjadi benar-benar padam (gelap) , tidak ada lampu penerangan yang menyala saat Nyepi. Listrik pun dihemat, polusi pun berkurang, tidak ada kebisingan, hanya keheningan yang kita nikmati saat itu. Bayangkan itu, dan anda akan tau sendiri kenapa leluhur kita membuat perayaan Nyepi ada. Dan akhirnya banyak orang sadar akan manfaat Nyepi, muncullah program World Silent Day. Ya jika anda pernah diajak untuk mematikan listrik di sela-sela jam sibuk seperti jam 12-1 siang dalam waktu sejam, atau apapun itu yang mengajak anda untuk mematikan penggunaan listrik dalam sela jam tertentu, sekarang anda mungkin akan sadar darimana asal ide program tersebut.
Nyepi identik dengan keheningan. Lalu apa sebenarnya yang dilakukan saat Nyepi? Ada panduan yang selama ini dilakukan oleh masyarakat selama melaksanakan Nyepi, itu disebut dengan Catur Brata Penyepian, yang terdiri dari :
- Amati Geni : Tidak menyalakan Api
- Amati Karya : Tidak bekerja
- Amati Lelanguan : Tidak bersenang-senang ataupun mendengarkan hiburan
- Amati Lelungan : Tidak bepergian
Jadi selama nyepi, anda tidak boleh menyalakan api, tidak bekerja alias libur, tidak pesta di rumah, dan tidak jalan ataupun pesta di rumah teman anda. So seriously, nyepi itu anda seolah-olah mati. Tapi tidak mati tentunya. Nyepi bisa dilewati dengan mengevaluasi diri, bermeditasi, dan mendekatkan diri pada sang Pencipta. Memanfaatkan situasi yang hening, saat nyepi sangat baik bagi kita untuk mengheningkan pikiran, berkosentrasi pada satu hal, dan bermeditasilah. Menurut saya pribadi ya, apapun itu yang anda lakukan saat Nyepi, bukan apa ritual yang anda telah lakukan tapi apa yang telah anda maknai saat proses Nyepi tersebut.
Nyepi memang sangat menarik. Nyepi menarik perhatian dunia. Sebuah hari raya yang sangat kaya makna, baik itu dari makna spiritual, logis, dan bisa kita sadara betapa besar manfaatnya. Nyepi menarik, dan sehari sebelum Nyepi akan menjadi sangat menarik pula bagi kita, ialah Perayaan Tawur Agung dan Pengrupukan.
Apa itu??? Tawur Agung merupakan upacara pecaruan yakni upacara penyucian Buta Kala (yakni pada Sang Raja Buta, Buta Kala, dan Batara Kala) supaya tidak mengganggu umat manusia. Satu lagi keunikan rangkaian upacara Nyepi. Jika kita biasanya melihat kebanyakan orang memerangi mahkluk-mahkluk alam lainnya (sampai ada di TV gitu tiap malam, terus berantem gak jelas), hal itu tidak akan anda lihat di sini (tempat pelaksanaan Nyepi). Mahkluk-mahkluk alam lainnya tidak diperangi (juga tidak dipuja, jadi jangan salah paham dulu ya) tapi diharmoniskan. Kita tidak mengganggunya, maka mereka tidak akan mengganggu kita. Gampangnya, Kita cinta damai lah :D . Saat Tawur Agung, mahkluk-mahkluk tersebut disucikan supaya mereka tidak mengganggu manusia. Tidak ada banyak orang yang mampu memahami makna dari upacara ini, terutama yang susah memahami (baca: fanatik), perlu pemahaman yang mendalam untuk bisa memahaminya.
Upacara Tawur Agung atau pecaruan akan diikuti dengan pelaksanaan pengrupukan yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Satu hal yang menarik dari kegiatan ini ialah adanya Ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan replika wujud mahkluk menakutkan menyerupai raksasa yang digunakan untuk mengusir Buta Kala. Ogoh-ogoh umumnya dibuat kolektif di desa oleh warga, kemudian pada saat pangrupukan, ogoh-ogoh akan diarak keliling desa untuk mengusir Buta Kala.
Ogoh-ogoh banyaknya ada di Bali, ya tapi di beberapa wilayah di Indonesia, pembuatan ogoh-ogoh juga masih ada, seperti di surabaya, malang, jakarta, bandung, dll. Salah satu ya di Malang, tempat penulis berada, hahaha :D
Tidak kalah seru dengan ogoh-ogoh yang ada di Bali, Malang pun ternyata dapat menunjukkan arak-arakan ogoh-ogoh yang luar biasa menarik. Tepat pada 11 Maret 2013 kemarin, seluruh Umat Hindhu memusatkan pelaksanaan Tawur Agung di Lapangan Agritek, Kawasan Wisata Batu. Selain melakukan upacara tawur agung (pecaruan) di rumah masing-masing, pemusatan itu sebenarnya bertujuan untuk pembersihan alam di wilayah Malang. Pangrupukan pun dipusatkan di sana. Ada sekitar 5-6 ogoh-ogoh ada di Lapangan Agritek pada saat itu, semuanya akan diarak di sepanjang jalan dari Agritek sampai di perempatan depan dekat Alun-alun Kota Batu. Saya pun turut ambil peranan dalam mengarak ogoh-ogoh pada saat itu, hahaha.
Setelah upacara Pecaruan selesai, umat bersembahyang dan akhirnya pangrupukan pun dimulai. Start dari lapangan Agritek, semua ogoh-ogoh diarak dengan penuh semangat, suka cita, canda, tawa, dan kegembiraan. Beberapa gambar berikut berhasil penulis abadikan dengan dibantu kawan (Yogi Sentana Kartika)
Arak-arakan ogoh-ogoh |
itu saya yang memakai baju hitam dengan tulisan "silent day" |
Ogoh-ogoh diputar dan menari |
Suasana di sepanjang Jalan saat pangrupukan |
Salah satu ogoh-ogoh, ini yang berukuran paling besar saat itu |
Arak-arakan ogoh-ogoh ini akhirnya ditutup dengan pembakaran ogoh-ogoh di lapangan agritek. Hal ini dilakukan sebagai salah upaya untuk mengusir buta kala sepenuhnya agar tidak mengganggu manusia. Ogoh-ogoh dibakar, semuanya telah dibersihkan dan kami pun akhirnya dibersihkan pula dengan cipratan air suci dari pendeta sebagai tanda pembersihan jiwa kami untuk menyiapkan diri melaksanakan Catur Brata Penyepian di Hari Puncak Nyepi. Seketika saja langit Malang langsung menurunkan air hujan, pertanda bahwa alam pun membersihkan dirinya dengan air hujan. Hujan turun begitu saja, tanpa petir, tanpa mendung. Ya ajaib memang, tapi begutulah alam bekerja. Asalkan kita bisa harmonis dengan alam, kita pun akan dapat memahami alam tersebut. Itulah yang saya bisa petik dari pelaksanaan Tawur Agung dan Pangrupukan pada saat itu.
Pembakaran Ogoh-ogoh |
Penulis berfose sejenak mengabadikan momen, hahaha |
Langit begitu cerah, ogoh-ogoh dibakar, dan kemudian hujan pun turun. Alam melakukan pembersihan dirinya sendiri. Sungguh indah |
Semoga dunia dalam damai selalu, selalu damai dalam dunia ini, semoga
Salam hangat,
Penulis
0 comments :
Post a Comment