INTERNALISASI PRINSIP INNER PEACE MASTER SHIFU (KUNGFU PANDA) DALAM MENGGELUTI PARADIGMA AKUNTANSI DAN KEILMUAN AKUNTANSI
Sebuah diskusi menarik yang pernah dilakukan di dalam perkuliahan Akuntansi Multiparadigma, ialah tentang Inner Peace yang dikisahkan di dalam Kungfu Panda 2. Kungfu Panda memuat kisah tentang siapa sebenarnya diri Poo, darimana dia berasal, siapa dan dimana orang tua Poo sebenarnya, dan kenapa ia bisa menjadi anak seorang koki angsa. Film tersebut mengkisahkan tentang bagaimana gejolak hati yang diterima Poo saat mengetahui bahwa dirinya terpisah dari keluarganya akibat pembantaian seluruh keturunan panda oleh Master Shen. Dendam yang awalnya bergejolak dalam hatinya membuat dirinya tidak mampu menjadi diri Poo yang sebenarnya, ia memenuhi dirinya dengan dendam sehingga ia tidak mampu mengalahkan Master Shen. Penenangan Jiwa oleh Poo dan untuk dirinya kemudian mampu membuat Poo sadar akan siapa dan takdir yang telah ia jalani dan penuhi. Poo berhasil membuat hatinya mampu meredam dendam yang memenuhi dirinya. Poo yang sudah sadar akan siapa dirinya sebenarnya, dan mampu menerima segala takdir dan perjalanan hidup yang telah ia terima selama ini, akhirnya mampu memaafkan Master Shen. Penemuan ketenangan diri, kesadaran diri dan kemampuan untuk memaafkan orang lain itulah yang disebut sebagai inner peace oleh Master Shifu (guru dari Poo itu sendiri). Inner Peace mampu membuat diri Poo mampu memunculkan kemampuan dirinya yang sebenarnya. Dirinya tidak lagi dibelenggu oleh dendam, amarah, ketakutan, serta keraguan. Posisi inilah yang membuat diri Poo mampu mengatasi segala serangan dari Shen dengan mudah.
Akuntan bekerja karena ilmu yang dimilikinya. Ilmu ini berasal dari Ilmu Akuntansi. Ilmu Akuntansi terbentuk dari penelitian-penelitian yang disusun oleh manusia. Karena dibentuk oleh manusia, ilmu akuntansi akhirnya akan membuat nilai dari manusia pembuatnya masuk ke dalam ilmu akuntansi tersebut. Manusia Pembuat Ilmu Akuntansi membuat ilmu akuntansi dengan menggunakan paradigma berpikir yang beragam. Dominan Ilmu Akuntansi dibentuk dari paradigma positivis. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian-penelitian paradigma positivisme banyak yang berasal dari sikap cemas, contohnya saja seperti teori agensi, konservatisme, penyajian aset, penilaian aset dan lainnya. Semuanya tercipta dari paradigma cemas. Hal ini lah yang membuat akuntansi paradigma positivisme penuh dengan kecemasan. Manusia yang cemas tidak akan mampu mencapai inner peace-nya. Akhirnya, Akuntansi Positivis akan penuh dengan kecemasan dan tidak mampu mengeluarkan inner peace dan kemampuan sebenarnya di dunia ini - Akuntansi ini ada untuk apa si? (Kesejatian dari Diri Akuntansi Positivisme itu sendiri).
Di tengah isu kapitalisme, muncullah gebrakan dari akuntansi paradigma non-positivisme untuk memberikan solusi mengatasi kapitalisme. Kapitalisme selalu dijelaskan sebagai suatu masalah. Masalah ini tidak boleh dibiarkan terus sehingga akuntansi non-positivisme lah yang ditawarkan sebagai solusi. Akuntansi Non-Positivisme ini memberikan alternatif akuntansi yang lebih bermakna, lebih bernilai, lebih kritis, lebih inovatif dan lebih spiritual, lalu menurunkan akuntansi syariah, akuntansi perpuluhan, akuntansi anak jalanan, akuntansi pancasila, akuntansi tri hita karana, dan lainnya. Tapi. Apakah kita sadar bahwa sebenarnya solusi yang diberikan oleh akuntansi non-positivisme adalah suatu bentuk dari kecemasan dari paradigma non-positivisme memandang keadaan sekarang ini? Bukankah dunia ini sudah dalam suatu ritme yang disajikan oleh Tuhan. Memang manusia harus berusaha namun, jika kita berusaha tanpa tenang dan menemukan kesadaran diri kita, bukankah itu adalah suatu bentuk dari penyesetan semata? Dalih ingin memberikan suatu inovasi akuntansi non-positivisme, apa kita tidak takut malah solusi dari akuntansi non-positivisme justru memberikan peluang masalah yang lain dan lebih besar dari masalah sekarang ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi paradigma positivisme dan kecemasan dari akuntansi paradigma non-positivisme sama-sama menyajikan suatu ilmu akuntansi yang cemas. Ingat, ilmu akuntansi yang cemas akan menjauhkan diri manusia (akuntan) dari penemuan kesejatian dirinya. Kecemasan ilmu akuntansi paradigma positivis dan non-positivisme akhirnya membuat ilmu akuntansi yang menjauhkan akuntan yang mempelajarinya dari momentum inner peace. Akhirnya, akuntansi hanya akan terbatas dari sudut pandang kecemasan si pembuatnya. Akuntansi Positivis harusnya dijalankan dengan ketenangan dan kesadaran atas fungsi dirinya dalam dunia. Akuntansi Non-Positivis tidak boleh mengada-ada dan menciptakan kecemasan terhadap Akuntansi Positivisme karena cara seperti itu justru sama saja dengan apa yang dicemaskannya. Akhir kata,
Akuntan memiliki fungsi dalam hidupnya.
Penemuan atas Kesejatian Diri dan Fungsi Hidup Akuntan mampu memberikan ketenangan.
Ketenangan itu merupakan suatu Inner Peace.
Inilah yang jika dikembangkan akan mampu memunculkan kemampuan sejati dari akuntansi itu sendiri . . .
0 comments :
Post a Comment