"Ia lupa untuk mengombinasikan ilmunya dengan Pengalaman Masa Lalu. Ia lupa pada pengalaman-pengalaman pendahulu Asti yang telah mengisi sejarah panjang kerajaan Asti"I Wayan Bayu Diatmika
OM SWASTYASTU
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Kali ini akan saya bagikan ke teman2 pembaca sebuah cerita, semoga menginspirasi. Cerita seorang putra mahkota di sebuah kerajaan Asti.
Alkisah, Sang Raja yang bernama Kalla memiliki seorang putra yang bernama Jaya. Sejak kecil Jaya selalu mendapatkan pendidikan terbaik dari ayahnya. Ia dilatih ilmu perang, politik, kebijaksanaan dan segala hal dari semua guru terbaik yang ada di kerajaan tersebut. Hingga akhirnya Jaya berumur 20 Tahun, Raja Kalla berpikir bahwa sudah saatnya Jaya belajar di luar kerajaan dari guru-guru terbaik yang ada sehingga suatu saat nanti saat Jaya kembali ia dapat memperbaiki kerajaan Asti. Memang, selama masa kepemimpinan raja Jaya, kerajaan Asti sedang banyak dirundung masalah. Rakyat sering berdemo dan menuntut raja, kemiskinan, dan lainnya. Jaya yang sudah berumur 20 Tahun pun sudah bisa melihat bahwa ada permasalahan dan kesalahan di kepemimpinan ayahnya itu. Oleh karena itulah, Jaya bertekad ia akan belajar dengan sangat baik sehingga kelak nanti dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan ayahnya itu. Maka, pergilah Jaya ke negeri seberang untuk menuntut ilmu kepemimpinan.
Di negeri seberang, Jaya diajar oleh guru terbaik. Ia diajarkan berbagai filosof kepemimpinan dan teknik-teknik kepemimpinan terbaik yang pernah ada di dunia. Jaya sangat menikmati masa-masa belajarnya itu dan dia sudah tidak sabar untuk kembali ke kerajaan asti untuk memperbaiki kesalahan ayahnya. Hingga tiba waktu tersebut, tiba saat untuk Jaya untuk kembali ke Asti.
Setibanya di Asti, Jaya pun langsung diangkat sebagai Raja oleh Ayahnya, dan ayahnya pensiun dari tahta Astina. Jaya ingat selalu semua ilmu yang telah dia dapatkan. Dia pun sangat ingat mengenai semua kesalahan-kesalahan yang menurutnya telah dilakukan oleh Ayahnya sehingga Asti bermasalah dan tidak berkembang.
Semua ilmunya ia keluarkan, ia merombak besar-besaran sistem pemerintahan Asti. Semua menteri yang menurutnya tidak sesuai ia pecat. Semua regulasi dan sistem ketatanegaraan yang tidak sesuai menurutnya ia hapuskan dan ia ganti dengan semua regulasi dan sistem ketatanegaraan yang pernah ia pelajari. langkah-langkah yang dilakukan Jaya memang sangat cerdas namun ayahnya sangat gusar dengan tindakan Jaya dan begitu juga menteri-menteri yang ada. Mereka gusar karena merasa Jaya seenaknya melakukan perombakan dengan keinginannya sendiri. Para penasehat kerajaan pun sudah pernah mengingatkan Jaya bahwa ia telah melakukan tindakan bodoh karena semua perubahan yang ia lakukan tidak didasarkan pada musyawarah dan diskusi sebelumnya dengan paraa sesepuh kerajaan yang dulu pernah menjabat di pemerintahan Asti. Tapi, Jaya tetap bersikeras bahwa hal itu tidak perlu karena ia merasa bahwa ia telah memiliki semua ilmu negara terbaik di dunia dan para pendahulu kerajaan Asti tidak bekerja dengan baik dan tidak memiliki kebijakan yang bagus selama memimpin Asti. Pertimbangan itulah yang membuatnya enggan untuk berdiskusi dengan para pendahulu kerajaan Asti. Dia tidak ingin para pendahulu ikut campur karena merasa semua cara kerja pemerintahan yang dilakukan pendahulu tidaklah effektif.
Akhirnya, Jaya pun tetap berjalan sendiri dengan perubahan terbaik dan luar biasa pada kerajaan Asti. Asti pun berkembang dengan sangat luar biasa. Asti berkembang menjadi kerajaan terbaik di bawah perubahan yang dilakukan oleh Jaya. Semua rakyat pun menyukai Jaya. Melihat hal tersebut, Ayah Jaya yang dulu pernah gusar melihat perlakuan Jaya sudah mulai tenang karena merasa bahwa pendapat Jaya ada benarnya juga. Namun, 2 Tahun berselang semenjak Jaya menjadi raja, Kerajaan Asti terkena permasalahan. Akhirnya, 6 bulan sejak permasalahan tersebut mulai muncul,Asti benar-benar terpuruk dan jauh lebih terpuruk dari keterpurukan saat pemerintahan Raja Kalla. Jaya pun kecewa dan terpuruk.
Jaya merasa bahwa ia telah melakukan hal terbaik dan memang semuanya telah berjalan dengan baik, namun ternyata perubahan yang telah ia lakukan hanya memiliki dampak pendek dan akhirnya luntur. Jaya pun sedih dan merasa bersalah pada Ayahnya. Ia mulai sadar bahwa semua ilmunya memang sangat sempurna namun tidak akan sesuai dengan kondisi Asti pada saat itu. Ia juga sadar bahwa ia sudah bersalah besar karena tidak menerapkan ilmunya dengan diiringi oleh pertimbangan pengalaman dari Ayahnya dan Pendahulu Kerajaan, sehingga kejayaan Jaya pun hanya sejenak dan akhirnya luntur dan membuat keterpurukan pada Asti.
The End
Apa yang kita bisa petik di sini?
Jaya memang punya segala ilmu terbaik mengenai kepemimpinan dan manajemen kerajaan dan dia sangat menguasainya, namun ia melupakan sebuah hal penting. Apa itu? Ia lupa untuk mengombinasikan ilmunya dengan Pengalaman Masa Lalu. Ia lupa pada pengalaman-pengalaman pendahulu Asti yang telah mengisi sejarah panjang kerajaan Asti. Ia asik meracik ilmunya untuk melakukan perubahan di Asti dengan mengabaikan semua pengalaman pendahulunya sebagai pertimbangan. Begitulah, fakta bahwa Experience is the best lecture adalah benar.
sumber gambar : www.kudaneal.blogspot.com
Ilmu yang kita punya, pengalaman yang kita punya harus kita kombinasikan dengan pengalaman-pengalaman pendahulu kita. Kombinasi dari itu akan membuat kepemimpinaan kita akan menjadi sangat efektif. Saat anda bekerja di sebuah perusahaan, organisasi, usaha, dll, saat anda diminta untuk memimpin di sana ataupun hanya sebatas bekerja menjadi staf, janganlah anda pernah bangga dengan ilmu dan pengalaman yang anda miliki, raciklah dua hal tersebut dengan berdiskusi dengan pendahulu kalian, mintalah saran dan pertimbangan dari mereka, maka ilmu dan pengalaman anda akan sangat efektif untuk diterapkan.
Tanpa maksud apa, semoga menginspirasi.
by : iwayanbayudiatmika
OM Santih Santih Santih OM
0 comments :
Post a Comment