Kebenaran Bermata Koin

"Di saat anda nyaman dengan pemahaman anda maka anda sedang mencoba membuat formulasi untuk memahami kehidupan yang tidak mampu ditangkap oleh otak anda"
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Cekling, Cekling . . . 
Temanku menjatuhkan begitu banyak uang koin dari dalam dompetnya. Ia sedang terburu-buru menyalakan motor karena akan bergegas menemui rekannya di kontrakan. Saya sedang menunggu dengan helm yang sedang saya pegang menjadi sedikit cekikikan melihat tingkah gopoan yang dilakukan oleh teman saya. Kami berdua sedang menghadiri acara latihan kesenian yang dilakukan di salah satu sanggar kesenian di kota tinggal kami. Aku membayangkan mungkin temanku masih memikirkan sikapnya yang tidak pamitan kepada pelatih kesenian yang sedang asik melatih rekan-rekan di sanggar. Bagaimana mau pamitan, saat itu suasana sangat ribut dan begitu kondusif untuk sebuah latihan kesenian kerawitan. Aku paham bahwa temanku tidak pamitan bukan karena tidak sopan melainkan karena tidak enak mengganggu jalannya latihan. 

Aku sudah mencoba meyakinkan bahwa keputusannya untuk tidak pamitan itu sah-sah saja dan tentu tidak salah. Akan tetapi, ia begitu yakni bahwa ia telah berbuat kesalahan. Ia yakin bahwa orang-orang akan menganggapnya tidak sopan karena tidak pamitan saat pulang. Dengan enteng saya menjawab, "iya kalau memang benar rekan-rekan menggapnya begitu, apa yang kamu pikirkan juga bisa dipikirkan oleh rekan-rekan di sana". Pada saat itu tiba-tiba pikiran saya menarik kesadaran saya tentang bayangan uang koin dan kejadian pamitan yang sudah berlalu, ternyata pikiran kita tentang suatu hal yang benar bisa saja berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain.

---------------------

Koin punya dua sisi yang sama baik dan bagusnya. Di Indonesia, satu sisi menunjukkan nilai koin dan salah satu sisinya menunjukkan gambar lambang negara. Kedua sisi sama-sama memiliki makna yang sama bagus dan tidak ada yang lebih bagus melibihi sisi yang lainnya. Sisi yang menunjukkan nilai koin bukan berarti lebih berarti dibandingkan dengan sisi yang menunjukkan gambar, dan begitu pula sebaliknya. Koin yang hanya menunjukkan satu sisi saja (misal : hanya nilai koin saja) berarti menunjukkan bahwa itu bukanlah koin yang utuh. Sederhananya, kedua sisi saling melengkapi dan tidak mampu berdiri sendiri. Pikiran kita harus menangkap kedua sisi koin untuk memahami bahwa itu adalah sebuah koin. Bukankah begitu?



Kebenaran bisa dipahami sepersis pikiran kia memahami sebuah koin dengan dua sisi yang ada di dalamnya. Kita sebenarnya tidak mampu mendeskripsikan, apakah kebenaran itu sebenarnya? Kita hanya hidup di dalam kenyamanan tentang pakem-pakem kebenaran yang sudah ada dan berkembang di masyarakat. Kita sering menyebutnya Norma. Akan tetapi, saya sering bingung saat ternyata hal yang saya pahami sebagai sebuah norma ternyata tidak berlaku di tempat lain. Tempat lain punya pakem normanya sendiri. "Ternyata kebenaran itu tidak mutlak!" jiwa kritis saya menjawab dengan diam. Kebenaran berubah-ubah dan berbeda-beda. Apa yang kita sebut benar saat ini, belum tentu benar pada dahulu kala, dan belum tentu benar di masa depan. Begitu pula dengan masalah ruang, apa yang kita sebut benar di sini, belum tentu benar di tempat lain. Itulah ketidakmutlakan kebenaran.

Kebenaran sejatinya hidup di dalam kenyamanan pikiran kita. Ketika sesuatu hal menyalahi kenyamanan tersebut, pikiran kita secara kontras menolak dan merumuskan pernyataan bahwa hal tersebut adalah tidak benar. Teman saya mengurung dirinya di dalam pakem kebenaran masyarakat yang menganggap bahwa "orang yang tidak pamitan adalah tidak sopan", sehingga saat ia tidak pamitan, maka ia menyebut dirinya telah melakukan ketidakbenaran. Akan tetapi, saya mencoba mengingatkan dirinya tentang permainan rasa yang juga ia mainkan pada kejadian itu. "Kamu tidak pamitan karena kamu tidak mau mengganggu latihan yang sudah berjalan dengan begitu kondusif pada saat itu".  Temanku memainkan rasa di dalam sikapnya tersebut. Ia sedang memasukkan rasa tidak enak sehingga ia memutuskan untuk tidak pamitan. Ia menangkap rasa semangat yang ada di dalam kelompok latihan sehingga rasa tidak enak-nya bermain dan membawanya pada pemahaman bahwa latihan pada saat itu tidak boleh diganggu. Salahkah alur pikiran dan perasaan yang dimainkan oleh temanku???

Pemahaman temanku sama benarnya dengan pakem kebenaran yang mengatakan bahwa tidak pamitan itu tidak benar. Lalu, manakah yang disebut benar yang paling benar? Jika saya bertanya pada orang yang nyaman dengan pakem kebenaran bahwa "bagaimanapun situasinya, orang yang pamitan adalah benar dan tidak pamitan adalah tidak benar", ia akan dengan tegas mengatakan bahwa temanku telah melakukan hal yang tidak benar. Jika saya bertanya dengan orang yang nyaman dengan pakem kebenaran bahwa "Masalah pamit atau tidak, yang penting temanmu tidak mengganggu kegiatan teman latihan yang sedang kondusif", maka ia akan mengatakan apa yang dilakukan oleh temanku adalah sah-sah saja. 

Lalu dimanakah letak kebenaran itu sebenarnya??? Jika pada kejadian temanku saja sudah ada dua versi kebenaran, bayangkan di dunia ini yang memiliki begitu banyak kejadian, akan ada banyak sekali versi kebenaran. Hal ini sah-sah saja terjadi, saya punya versi kebenaran saya sendiri dan temanku punya sendiri juga. Akan tetapi, saat beberapa orang mulai bingung dan lebih suka pada satu pakem kebenaran saja, maka ia akan mulai menolak segala versi kebenaran yang ada di sekitarnya. "Hanya ada satu kebenaran saja, dan itu ada di dalam versi kebenaran saya" mungkin begitulah yang akan dijadikan slogan ole orang-orang tersebut. Lalu bagaimana jika orang-orang tersebut kemudian bertemu dengan orang dengan versi kebenaran yang berbeda? Orang-orang ini pasti akan mulai melawan saat orang lain juga mulai menerapkan versi kebenarannya. Perang mungkin adalah puncak dari segala keegoan dari orang-orang yang cinta mati dengan pakem kebenarannya. "Bukankah setiap manusia berhak untuk memiliki versi kebenarannya?"

---------------------

Jika anda adalah salah satu dari orang yang mengatakan "Ya" pada pertanyaan di atas, maka bantulah realitas kebenaran mata koin ini untuk muncul dan diingat oleh masyarakat. Mulailah sebarkan kesadaran bahwa di dunia ini (di dimensi duniawi ini), kebenaran adalah ruang persepsi pikiran kita dimana kebenaran terbentuk di dalam pikiran kita bukan di dalam realitas hidup. Kebenaran pada realitasnya juga terbentuk di dalam pikiran kita dari kenyamanan terhadap pakem-pakem kebenaran yang terbentuk di dalam masyarakat kita. Satu sudut pandang tentang kebenaran akan memiliki lawan pandang terkait dengan kebenaran tersebut. Layaknya sebuah mata koin, sadarkanlah diri kita dan orang lain bahwa kebenaran selalu punya dua sisi yang sama berartinya. Tidak ada satu sisi kebenaran yang lebih baik dibandingkan dengan sisi kebenaran lainnya. Saat anda telah fleksibel menerima sisi lain dari koin kebenaran anda, maka anda akan mulai memahami bahwa kebenaran itu sendiri adalah kedua sisi dari koin tersebut. Yap, satu koin utuh tentang kebenaran!

. . . . . . . . . . . . . . . . .

2 comments :

  1. Replies
    1. Terima Kasih Bredaa, atas waktunya untuk membaca. Sebarkan kesadaran ini dan mari bentuk masyarakat yang lebih baik dari baik yang sekarang. Rahayu

      Delete

 

PENULIS DALAM KATA


"Saya Orang yang Hebat dengan Mimpi yang Hebat karena Tuhan yang Hebat melahirkan saya untuk mengubah Dunia ini menjadi lebih Hebat"

I Wayan Bayu Diatmika dalam Dream Clothing Company, 2011

Temukan saya di Instagram

Jepret-Jepret Lensa Nakal

Bangga Menjadi Bagian Indonesia

Bangga Menjadi Bagian Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat kaya. Alam yang Indah dengan Hasil Alam yang mellimpah. Iklim yang sangat baik untuk hidup. Manusia yang berlimpah dengan bakat dan kemampuan yang luar biasa. Budaya yang sangat maju, dan jauh lebih maju dibandingkan dengan negara yang mengaku sebagai negara yang maju dan adi daya saat ini. Kemampuan Spiritual di Indonesia juga sangat tinggi. Tuhan benar-benar dipahami dan diketahui oleh Leluhur Indonesia. Itulah Manusia, Alam, Budaya dan Tuhan yang selalu membuat kebanggan menjadi bagian dari Indonesia.

Tuhan, Manusia, Alam

Tiga hal yang harus diseimbangkan dalam mencapai kebahagiaan ialah Tuhan, Manusia dan Alam. Konsepsi Tertingginya ialah berbakti kepada Tuhan. Bakti tersebut turun ke dalam dua konsep berikutnya ialah menjaga hubungan baik dengan Manusia dan Alam. Muara dari pemahaman ini ialah tentang seberapa baik manusia memahami dirinya sendiri.

Kebenaran?

Kebenaran adalah Kepedulian. Saat engkau berbuat sesuatu kepada orang lain dengan berlandaskan pada Kepedulian maka di sana terdapat Kebenaran. Saat engkau berbuat Baik sekalipun kepada orang lain namun dengan berlandaskan menginginkan suatu balasan pahala dari Tuhan maka perbuatan tersebut telah menjauhi substansi kebenaran. Dimana kepedulian ditegakkan menjadi landasan perbuatan maka di sana kebenaran telah tumbuh sebagai Pohonnya. OM, Santi

TWEET @IWAYANBAYU

YUK KUNJUNGI ASESORISMU DI SINI

 Luh Pernak-Pernik
Salah satu brand lokal yang mencoba untuk memberikan jiwa indie dalam produknya, Luh Pernak-pernik hadir untuk memberikan anda aksesoris untuk mempercantik penampilan harian anda. Luh PernakPernik menawarkan produ-produk ekonomi berupa kalung dan perhiasan yang mampu meningkatkan kepercayaan diri anda. Luh PernakPernik fokus memberikan produk yang memuaskan sehingga dalam setiap produknya, Luh PernakPernik selalu mengemas produk dalam bentuk box perhiasan eksklusif yang mampu membuat anda semakin menyayangi perhiasan anda. Saat ini, Luh PernakPernik telah mengembangkan usahanya dengan bekerja sama dengan beberapa pengerajin perhiasan khas bali sehingga produk yang ditawarkan oleh Luh PernakPernik juga menyediakan produk-produk yang bernuansa adat bali dan nusantara indonesia.  

SVAHARYA si Karya Anak Bangsa

SVAHARYA si Karya Anak Bangsa
Kekuatan Seni dan Produk Seni Indonesia sangat kuat, pantas untuk disandingkan dengan produk mancanegara. Keinginan Anak Bangsa yang satu ini sangat kuat untuk mengangkat kain batik, endek, dan kerajinan kain asli Indonesia lainnya untuk menjadi produk-produk yang berkualitas dan menjual. Dengan konsep produksi yakni satu produk hanya dimiliki oleh satu orang saja, pembeli mana yang tidak ingin memiliki produk yang eksklusif, berkualitas, dan hanya ada satu di dunia. Mari temukan produk tersebut di sini, di Svaharya, www.svaharya.com